SELAMAT DATANG

DAPATKAN INFO-INFO PENTING SEPUTAR DUNIA PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Selasa, 09 Agustus 2011

Membuat Pupuk organik Cair dari Kencing Ternak (Biourin)


Sejalan dengan makin santernya isu “back to nature” permintaan akan bahan pangan organik semakin meningkat,. Untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan organik, diperlukan dukungan beberapa sarana produksi seperti pupuk organik dan bio pestisida.
Dibeberapa daerah penggunaan pupuk organik kini makin digalakan, namun sifatnya masih sporadis. Untuk melakukan gerakan masal penggunaaan pupuk organik akan menghadapi 2 kendala : (a). Di beberapa lokasi jumlah ternak masih relatif kurang dibandingkan dengan luas areal tanaman. (b). Meskipun bahan baku pupuk organik murah, namun aplikasinya mahal karena volumenya besar, dan bentuknya padat sehingga memerlukan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan aplikasi puupuk an- organik
Untuk mengatasi kendala tersebut, diantara alternatif pemecahan yang mungkin dilakukaan adalah pengguan pupuk organik cair yang bahannya dari kotoran (faeces) dan kencing (urine) ternak. Dengan produksi pupuk organik cair ini deperoleh kelebihan – kelebihan, antara lain :
(a). Bahan baku pupuk organik bisa bertambah tidak hanya dari kotoran (faeces) tapi juga dari kencing ternak
(b). Volume penggunaan lebih hemat dibandingkan pupuk kompos.
(c). Karena bentuknya cair, aplikasinya lebih mudah, karena bisa dilakukan dengan penyemprotan, dan pada tanaman pohon tidak harus membuat lubang pada tanah.

TEKNIK PRODUKSI

1. Pembuatan bio urine
- Tampung urine (kencing) ternak di bak penampungan.
- Masukkan fermenter (RB dan Azotobacter). Untuk 800 liter urine difermentasi dengan RB : 1 liter dan Azotobacter : 1 liter.
- Diaduk dengan aerator (3-4 jam).
- Permukaan bak ditutup dengan penutup (triplek, plastik) dan diamkan hingga 7 hari.
- Pada hari ke-8, urine diputar dengan pompa, sehingga naik-turun di tangga “penipisan” selama 6-7 jam. Pemutaran ini dimaksudkan untuk menguapkan amoniak (yang bersifat racun bagi tanaman).
- Urine bisa diambil dan dikemas (dalam wadah) untuk selanjutnya digunakan atau disimpan.

2. Pembuatan bio kultur
- Tampung kotoran (faeces) ternak di bak penampungan.
- Campur faeces dengan air, dengan perbandingkan 1:2.
- Masukkan fermenter (RB dan Azotobacter). Untuk 0,8 m3 campuran faeces + air diperlukan RB : 1 liter dan Azotobacter :1 liter.
- Diaduk dengan pengaduk atau aerator selama 3-4 jam.
- Tutup bak fermentasi dan diamkan hingga 7 hari.
- Pada hari ke-8, bagian cairan (yang ada diatas) diambil. Pada endapan bagian bawah bisa diperas/dipres, dimana bagian cair bisa dicampur dengan cairan yang telah diambil dan bagian padat dipisahkan. Bagian padat baik juga digunakan sebagai pupuk atau dicampur dengan limbah padat lain untuk bahan bakar (briket).
- Pada bagian cair (bio kultur) bisa dikemas untuk selanjutnya digunakan atau disimpan.

TEKNIK APLIKASI

1. Pada tanaman semusim (Padi) per Ha / musim.

a. Pra olah tanah (16 HBT)
- Tanah diairi
- Disemprot Bio Kultur 150 liter
- Diamkan 1 Hari

b. Pengolahan tanah (15 HBT)

c. 4 HBT
- Semprot Campuran Bio kultur + Bio Urine (100 liter BK+ 70 liter BU)
- Taburi Urea : 100 kg + SP-36:50 kg + KCl:50 kg
- Diamkan selam 4 hari

d. Penanaman (sesuai cara konvensional )

e. Umur 15 hari
- Semprotkan bio urine (100 liter +Air 200 liter )lewat tanah

f. Umur 28 hari
- Urea 50 kg + SP-36:40 kg+KCl:25 kg
- Bio Urine (75 liter + air 225 liter )

g. Umur 45 Hari
- Bio kultur (40 liter dalam 200 liter Air ) +Telur 10 butir
- Lewat daun

Catatan :
1).Saat aplikasi pupuk cair, usahakan tanah dipetakan sawah macak – macak dan petakan di bendung agar air dan pupuk tidak mengalir.
2).Pada tanaman semusim lain seperti jagung, bawang merah atau cabe, pada prinsipnya hampir sama, dimana pada tahap – tahap pertama pupuk an – organik diberikan masing – masing urea : 50 %, SP – 36 : 75 % dan KCl : 50 % dari dosis rekomendasi.

2. Pada tanaman industri (kopi, kakao, cengkeh) per Ha / tahun
a. Aplikasi
(1) Dilakukan 3 tahap, masing-masing : (1) beberapa hari setelah panen (2) diulang 2 bulan kemudian dan (3) diulang 2 – 3 bulan kemudian.
(2) Sebelum digunakan, bio urine dan bio kultur dicampur dengan perbandingan 1:2. Sebaiknya, sebelum dicampur bio kultur disaring, agar serat-serat darI faeces yang ada dapat dipisahkan agar tidak mempersulit dalam aplikasi pemupukan, terutama jika menggunakan sprayer.
(3) Setelah bio urine dan bio kultur tercampur, lantas campuran tersebut dicampur air dengan perbandingan 1:1, sehingga pupuk cair tersebut siap digunakan.
(4) Pada pemupukan tahap III, pupuk cair + telur dengan perbandingan 1 butir telur setiap 60 liter dan pupuk disemprotkan lewat daun.
b. Dosis
(1). Tahap I : * Kompos padat : 2kg/pohon
* Pupuk cair : 2 liter/pohon
(2). Tahap II : * Pupuk cair : 2 liter/pohon
(3). Tahap III : * Pupuk cair : 2 liter/pohon (lewat daun)

HASIL PENELITIAN
▪Pada tanaman kopi dan kakao dengan dosis 6 liter + 2 kg kompos padat per pohon per tahun, dapat menghasilkan produksi 30 – 35% lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan kompos padat yang dosisnya 10-12 kg/pohon/tahun.
▪Pada tanaman bawang merah dapat menghemat pengguanan pupuk an- organik ( Urea, Sp-36 dan KCl) hingga 50% dengan produktivitas mengalami peningkatan hingga 40 %.
▪Pada tanaman jagung juga dapat menghemat pupuk an- organik hingga 50% dengan peningkatan produktivitas hingga 25 - 30 %.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar