SELAMAT DATANG

DAPATKAN INFO-INFO PENTING SEPUTAR DUNIA PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Rabu, 06 Mei 2009

Probiotik dan Manfaatnya Pada Pencernaan Ternak


Peningkatan teknologi dari segi pakan merupakan salah satu cara yang harus ditempuh karena dalam usaha peternakan komponen biaya pakan merupakan komponen terbesar yang harus dikeluarkan oleh peternak. Pendekatan dari segi bioteknologi sekarang ini mendapat perhatian yang besar, yaitu pemanfaatan jasa mikroba, enzim, hormon, dan probiotik yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas bahan pakan serta kualitas produksi.
Beberapa bahan pakan ternak yang bersifat konvensional di Indonesia mempunyai potensi untuk dikembangkan, ditinjau dari segi ketersediaannya. Akan tetapi, kadang-kadang ditemukan faktor pembatas dalam pemanfaatnnya. Intervensi bioteknologi untuk mengatasi masalah tersebut akhir-akhir ini telah mampu memecahkan berbagai permasalahn pakan untuk ternak. Bioteknologi telah mampu menghasilkan pakan ternak yang optimal baik dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas ketersediaan pakan untuk mencapai tujuan keuntungan jangka panjang.

Salah satu bioteknologi yang implementasinya berkembang pesat akhir-akhir ini adalah penggunaan probiotik dalam meningkatkan kualitas pakan ternak. Probiotik merupakan bahan yang berasal dari kultur mikroba atau substansi lain yang berasal dari kultur mikroba yang dapat mempengaruhi keseimbangan alami di dalam saluran pencernaan, dan bila diberikan dalam jumlah yang tepat akan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan zat-zat makanan (Andajani, 1997). Probiotik adalah mikroba hidup yang mengandung media tempat tumbuh dan produksi metabolismenya. Probiotik terdiri dari bakteri gram positif, bakteri gram negatif, yeast, dan kapang.
Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan bahwa pemberian perlakuan penambahan probiotik pada pakan ternak telah mampu meningkatkan secara nyata baik produksi maupun produktivitas ternak. Dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak, probiotik mampu meningkatkan digestibility bahan pakan yang dikonsumsi ternak.

Sejarah probiotik

Konsep probiotik sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Namun baru awal abad ke-19 dibuktikan secara ilmiah oleh Ilya Metchnikoff, seorang ilmuwan Rusia yang bekerja di Institut Pasteur, Paris. Metchnikoff mendapatkan, bangsa Bulgaria yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi yogurt (susu fermentasi) tetap sehat dalam usia lanjut. Metchnikoff menyatakan bahwa mikro-organisme yang terdapat pada saluran pencernaan terdiri dari dua jenis, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Pemberian yoghurt yang mengandung Lactobasillus bulgaricus (bakteri yang menguntungkan) meningkatkan kesehatan dan harapan hidup seperti terjadi pada penduduk Balkan. Prinsip kerja bakteri-bakteri probiotik (lactobacillus dan Bifidobacterium) bekerja secara anaerob menghasilkan asam laktat mengakibatkan turunnya pH saluran pencernaan yang menghalangi perkembangan dan pertumbuhan bakteri-bakteri pathogen. Berbeda dengan bakteri pathogen (Escherichia coli) yang mendiami daerah dinding pencernaan untuk mengembangkan penyakit, bakteri-bakteri probiotik mendiami mukosa pencernaan yang juga berakibat perubahan komposisi dari bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan.
Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri pathogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikro-organisme dalam sistem pencernaan ternak berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak.

Probiotik Untuk Ternak


Probiotik merupakan pakan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang dapat memberikan pengaruh menguntungkan bagi ternak inangnya dengan meningkatkan keseimbangan populasi mikroba dalam saluran pencernaan ternak yang bersangkutan (Fuller, 1979). Sedangkan menurut Ritonga (1992b) probiotik didefinisikan sebagai suatu kultur spesifik dari mikroorganisme hidup seperti bakteri dari Strain Lactobacillus yang dapat memberikan efek-efek menguntungkan pada ternak serta dapat berfungsi untuk memperbaiki keseimbangan mikrobial di dalam saluran pencernaan ternak.
Syarat probiotik adalah : bakteri tersebut tidak patogen terhadap ternak maupun manusia, bakteri tersebut harus merupakan mikroorganisme yang normal berada di dalam saluran pencernaan dan sanggup melakukan kolonisasi didalam usus, harus tahan terhadap asam-asam lambung, dan garam-garam empedu, enzim-enzim pencernaan, maupun respon-respon kekebalan didalam tubuh ternak, serta sanggup memproduksi zat-zat anti bakteri yang berspektrum luas pada bakteri-bakteri patogen pada saluran pencernaan manusia (Ritonga, 1992a). Umumnya yang memenuhi syarat-syarat tersebut diatas adalah bakteri dari Strain Lactobacillus dan Pediococci spp.

Pengaruh Probiotik Terhadap Ternak

Penelitian yang berkaitan dengan pemberian probiotik terhadap pakan ternak telah banyak dilakukan. Pemberian Lactobacillus acidophilus pada pakan ternak meningkatkan pertambahan berat badan sapi dan efesiensi makanan, sementara tingkat kematian ternak sapi menurun dari 7,5 persen menjadi 1,5 persen akibat pemberian probiotik. Pemberian probiotik Bio-CAS berfungsi untuk membantu meningkatkan efisiensi pencernaan ternak. Bio-Cas terdiri dari bakteri dari Genus Ruminococcus, Bakteroides, Laktobacillus, serta genus jamur fermentatif lainnya yang berfungsi merombak bahan organik kompleks menjadi bahan organik sederhana sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim pencernaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 5 cc Bio-cas pada sapi Bali yang diberikan pakan tambahan 2 kg dedak padi/ekor/hari ternyata mampu memberikan pertambahan berat badan sapi Bali sebesar 600-650 g/ekor/hari. Pada ternak ayam pemberian Lactobacillus meningkatkan pertambahan berat badan 491,3 g/hari dibandingkan dengan kontrol 459,6 g/ hari. Namun, penelitian pada babi pengaruh probiotik baru jelas terlihat apabila ternak tersebut berada dalam kondisi stres, sementara keadaan normal tidak terdapat pengaruh nyata.
Di samping bakteri, fungi juga digunakan sebagai probiotik. Saccharomyces cerevisiea dan Aspergillus oryzae merupakan jenis fungi yang banyak digunakan dalam pakan ternak. Saccharomyces cerevisiea mempunyai karakteristik khusus dalam pakan ternak karena kemampuannya memproduksi asam glutamat yang dapat meningkatkan palatability dari pakan tersebut. Berbeda dengan bakteri, fungi merupakan mikro-organisme yang mempunyai tingkat resisten yang tinggi dan dapat hidup pada kondisi yang kurang menguntungkan, di samping itu juga fungi mudah dikembang biakkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Aspergillus niger meningkatkan berat badan 5,9 persen dan meningkatkan efisiensi pakan 0,8 persen. Peningkatan penampilan ternak akibat pemberian Aspergillus niger disebabkan oleh meningkatnya asam lemak terbang (volatile fatty acids) seperti asam asetat, asam butirat, dan asam propionat yang merupakan sumber energi bagi ternak terutama ternak ruminansia (sapi, kerbau, atau kambing). Juga dilaporkan bahwa pemberian Saccharomyces cerevisie dapat meningkatkan daya cerna protein dan serat seperti selulosa dan hemiselulosa. Transpor ternak dari satu tempat ke tempat lainnya dapat mengakibatkan ternak menjadi stres, penambahan fungi pada pakan ternak selama masa perpindahan ternak dapat menjadi salah satu pemecahan masalahan.

Probiotik dalam Pencernaan Serat Kasar pada Ruminansia


Dalam usaha meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan untuk menghasilkan produk ternak secara optimal perlu adanya bahan pakan yang memiliki nilai gizi tinggi. Zat gizi yang terkandung didalam pakan kadang-kadang berada pada ikatan molekuler yang sulit dicerna sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi yang diperlukan ternak. Dengan makanan jenis kasar, pola fermentasinya sebagian besar melalui multiplikasi organisme-organisme pencerna serat kasar yang mencerna selulosa dan hemiselulosa. Urutan pola fermentasi dalam rumen adalah glukosa → silosa → pati → selulosa. Peranan mikroba rumen dalam membantu pemecahan zat gizi dalam pakan dan mengubahnya menjadi senyawa yang dapat dimanfaatkan oleh ternak merupakan keuntungan yang dimiliki oleh hewan ruminasia. Pakan yang berserat merupakan pakan yang biasa untuk ternak ruminasia, namun pemecahan komponen serat (selulosa, hemiselulosa dan lignin) sangat tergantung pada aktivitas enzimatis mikroba rumen serta sifat degradabilitas komponen serat tersebut. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas enzimatis mikroba rumen dapat dirangsang melalui induksi sintesis enzim maupun melalui peningkatan populasi mikroba tertentu (Hobson dan Jouany, 1988).
Pemanfaatan probiotik yang merupakan campuran berbagai spesies mikroorganisme, terutama mikroorganisme yang mampu memecah komponen serat (cellulolytic microorganism) melalui pakan dapat meningkatkan produktivitas ternak. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kecepatan cerna (rate of digestion) serat pada awal proses pencernaan sehingga mempengaruhi ketersediaan energi adenosine triphospate (ATP) yang diperlukan dalam poliferasi mikrobial rumen. Nilai kecernaan semu (extend of digestion) pada umumnya tidak mengalami perubahan yang berarti terutama setelah waktu inkubasi selama 48 jam. Manipulasi rumen dapat diarahkan utuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan melalui maksimalisasi kecernaan nutrien maupun sintesis protein mikroba rumen. Manipulasi ini dapat digunakan melalui penggunaan antibiotik, defaunasi, peghambatan produksi methan, maupun penggunaan probiotik. Serangkaian penelitian pemafaatan probiotik dalam pakan telah dilakukan di BALITNAK secara in vitro maupun in vivo dengan hasil yang menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap peningkatan kecernaan komponen serat pakan maupun terhadap produktivitas ternak (Haryanto et al, 1998).


Pengaruh Probiotik Pada Ternak Unggas


Penambahan probiotik dalam ransum secara nyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan ayam. Hal ini sebagai akibat dari meningkatnya konsumsi ransum. Peningkatan konsumsi ransum ini akan diikuti dengan peningkatan konsumsi zat-zat makanan lainnya, khususnya asam-asam amino dan mineral yang sangat erat sekali kaitannya dengan pertumbuhan (Wahyu, 1988). Adanya zat probiotik dalam ransum juga dapat meningkatkan kecernaan zat-zat makanan.
Menurut Barrow (1992), pada dasarnya ada dua tujuan utama dari penggunaan probiotik pada unggas yaitu : (1) Untuk tujuan manipulasi mikroorganisme saluran pencernaan bagian anterior (crop, gizard dan usus halus) dengan menempatkan mikroflora dari strain Lactobacillus sp dan (2) Untuk meningkatkan daya tahan ternak dari infeksi Salmonella. Dilaporkan oleh Jin et al. (1997), manfaat probiotik pada unggas adalah : (1) Menempatkan mikroorganisme yang menguntungkan dan menekan mikroorganisme yang merugikan; (2) Meningkatkan aktivitas enzim-enzim pencernaan dan menekan aktivitas enzim-enzim bakteri yang merugikan; (3) Memperbaiki feed intake dan pencernaan; dan (4) Menekan produksi gas amonia dan merangsang sistem pertahanan tubuh.
Ramia dan Bidura (2000), melaporkan bahwa suplementasi probiotik dalam ransum ternyata dapat meningkatkan berat karkas dan persentase daging karkas, sebaliknya menurunkan jumlah lemak sub kutan termasuk kulit. Dilaporkan juga bahwa penurunan kandungan protein dalam ransum ternyata menurunkan berat karkas dan jumlah daging karkas, Sebaliknya jumlah lemak subkutan termasuk kulit menurun. Kandungan protein ransum yang lebih rendah dari standar yang direkomendasikan ternyata menurunkan pertumbuhan ayam dan sebaliknya dengan adanya suplementasi 0,20 % probiotik dalam ransum berprotein rendah, pertumbuhan ayam meningkat dibandingkan dengan kontrol (Ramia dan Bidura, 2000). Bidura dan Candraasih (2001) menyatakan bahwa suplementasi probiotik dalam ransum berprotein rendah secara nyata menurunkan jumlah lemak subkutan termasuk kulit dibandingkan dengan kontrol pada itik Bali jantan umur 8 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Andajani, R. 1997. Peran Probiotik Dalam Meningkatkan Produksi Unggas. Poulty Indonesia No : 26/April 1997 Hal ;19-20

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Barrow, P.A. 1992. Probiotics for Chickens. In. Probiotik for Chicken. In Probiotics The Scientific Basis (By : R Fuller) 1st Ed. Champnan and Hall. London. Hal 225-250

Bidura. I.G.N.G dan N.N Candraasih.2001. Suplementasi Probiotik Dalam Ransum Berprotein Rendah Terhadap Distribusi LemakTubuh Itik Bali. Majalah Ilmiah Peternakan, Fapet Unud 4 (2) : 47-51

Fuller, R. 1979. History and Development of Probiotics. In Probiotik for Chicken. In Probiotics The Scientific Basis (By : R Fuller) 1st Ed. Champnan and Hall. London. Hal 1-10.

Haryanto, B., A. Thalib dan Isbandi. 1998. Pemanfaatan Probiotik Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Fermentasi Pakan di Dalam Rumen. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hal 496-502
Hobson, P.N. and JP. Jouany. 1988. Models Mathematical and Biological, of the Rumen Function. The Rumen Microbial Ecosystem. P.N Hobson (ed.). Elseiver Science Publishers. London.

Jin, L.Z., Y.W. Ho, N. Abdullah and S. Jalaludin. 1997. Probiotics in Poultry : Modes of Action. Worlds Poultry Sci. J.53 (4) : 351-368

Ramia, I.K dan I.G.N.G. Bidura. 2000. Suplementasi Probiotik Dalam Ransum Berprotein Rendah Terhadap Bobot dan Komposisi Fisik Karkas Itik Bali. Majalah Ilmiah Peternakan, Fapet Unud 3 (3) : 48-56

Ritonga, H.1992a. Bakteri Sebagai Pemicu Pertumbuhan. Poultry Indonesia No. 14/April , Hal : 11-13

Ritonga, H. 1992b. Beberapa Cara Menghilangkan Mikroorganisme Patogen. Majalah Ayam dan telur No. 73/Maret , Hal 24-26

Wahyu, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan II, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar